Saturday 25 April 2009

AKU TAK SUKA DIFITNAH!!

Ya, kalau lihat judulnya, pasti sudah tahu apa yang sedang ingin aku bicarakan. Masalah terbesar dan yang akan membuatku benar – benar jatuh dari ketinggian, yaitu fitnah. Semenjak masuk SMA aku baru benar – benar tahu bagaimana rasanya difitnah. Bertubi – tubi pula. Rasanya tidak habis – habis. Dan itu menyebabkan aku rapuh luar dalam, tak bisa mengontrol diriku sendiri.

Kadang orang berkata, kalau terlalu tertutup malahan suatu hari nanti akan ada saat dimana perasaan yang selama ini ditutupi itu tak bisa tertahankan lagi dan semuanya keluar. Seringkali hal itu terjadi di saat yang tidak tepat, jadi keluar ke orang yang salah. Mungkin seperti saat ini.

Selama dua tahun ini tidak tahu apa – apa, tiba – tiba semua terbongkar dan terasa sakit sekali. Selama dua tahun ini ternyata aku sangat sering difitnah, dari hal yang sepele, sampai hal yang besar, yang menyebabkan image orang terhadapku jadi buruk. Apalagi kalau hal itu dilakukan oleh satu orang, yang sesungguhnya sangat berarti bagiku. Aku tak bisa bohong kalau aku sama sekali tidak peduli pada semua itu. Biarpun dingin dan tertutup, lalu bersikap cuek pada segala hal, tapi aku bukan seseorang yang mati rasa. Dalam hatiku, rasa sakit itu benar – benar terasa, luka yang sangat mendalam. Dan itulah yang mengganggu pikiranku terus – terusan. Kadang aku tak bisa tahan dan ingin mencari seseorang untuk berbagi. Tapi, aku tahu, aku yang tertutup sangat sulit bisa menceritakan apa yang aku rasakan pada orang lain. Tidak tahu apa yang salah, aku yang bodoh, atau memang tak punya kemampuan untuk itu, aku selalu gagal menyampaikan perasaanku pada orang lain. jangankan teman baik, bahkan keluarga pun kadang tak bisa mengerti. Pernah beberapa kali aku menceritakan beberapa hal pada mereka. Lalu mereka menganggap aku ini tipe manusia manipulatif yang menceritakan hal – hal mengenai diriku, yang kelihatannya begitu kasihan, sesungguhnya aku hanya mengarang saja. Mereka malah takut aku lama – lama bisa jadi gila gara – gara sifat “manipulatif”-ku ini. sedikitpun mereka tak pernah mau tahu, tak mau menanggapi, kalau yang aku ceritakan itu benar – benar dari dalam perasaanku.

Hari ini, puncak segala – galanya. Segalanya semakin terkuak. Semua mengenai fitnahan yang dilontarkan orang itu padaku. Dan itu membuat luka di hatiku semakin lama semakin dalam, semakin terasa sakit. Aku ingin berteriak, tapi aku benar – benar takut dikira gila. Mau aku ceritakan juga aku tak bisa. Lalu sekali aku melakukan kesalahan yang tak sengaja kulakukan, aku dimarahi keluargaku. Aku sudah jelaskan, tapi mereka terus – terusan memarahiku. Aku tahu maksudnya menasehatiku, tapi mereka menasehati karea menganggap aku ini benar – benar orang dungu yang pasti selalu melakukan kebodohan itu secara sengaja. Aku sangat tidak tahan. Itu, tak ada bedanya sama sekali dengan fitnah. Merka memfitnah! Mereka tak mau dengar penjelasanku. Anaknya yang gila ini selalu tak punya alasan yang kuat. Yah, itu menurut mereka. Dan, yah, salahlah semuanya. Aku tak tahan. Aku marah. Aku marah karena panah fitnah sepertinya selalu datang menghampiriku. Semuanya keluar begitu saja, tak bisa kukontrol diriku sendiri. Sialnya aku malah berkata “aku paling tidak suka dibilang melakukan hal yang tidak kulakukan, aku tak suka!”, yah bodoh sekali, Indira Melik. Kau bodoh. Aku yakin sekarang aku benar – benar disangka gila oleh keluargaku. Anak gila yang kerjanya hanya marah – marah karena masalah sepele.

Sekarang semuanya serba salah. Jadi orang yang terbuka seperti aku yang dulu, aku yang asli, akan mendatangkan bencana bagiku. Tapi menjadi tertutup malah dikira gila. Lalu, aku harusnya jadi yang seperti apa?

Keuntungan di Balik Kejahatan

Aku sungguh tak mengerti apa yang pernah terjadi di kehidupanku yang lalu sehingga pada kehidupan ini, sekarang ini, harus berhadapan dengan berbagai masalah rumit yang ternyata bersumber dari satu orang. Kalau saja aku punya Pubenivasanussatinanna, aku sangat ingin melihat apa yang terjadi di kehidupan yang lalu dan aku yakin aku akan mendapatkan jawaban dari semua yang terjadi sekarang ini. sayangnya, aku hanya seorang umat awam yang tak punya sedikitpun jhana untuk melihat semua itu.

Seseorang, yang hampir dua tahun sangat dekat denganku dan memiliki arti yang sesungguhnya sangat penting untukku, malahan ternyata adalah biang dari segala masalah yang selalu bertubi – tubi terjadi dua tahun belakangan ini.

“Indira itu tak punya teman, dia itu disebelin teman – teman sekelas, teman baiknya itu juga semua orang – orang kasar yang suka berteriak – teriak, sangat menyeramkan, dia itu jahat sesungguhnya, hatinya jahat. Aku sangat kasihan padanya, makanya aku mau berteman dengannya dan bersabar dengannya.” Itu yang dia katakan pada orang – orang. Dia ini seseorang yang sangat persuasif dan sangat lihai membuat orang percaya pada semua omongannya. Saat aku masih buta dan dekat dengannya, lalu sepenuhnya percaya padanya, aku ini benar – benar diyakinkan bahwa aku adalah seorang menyebalkan yang berkarma buruk, maka dari itu sangat banyak orang yang tidak suka padaku dan teman – teman yang dekat padaku sesungguhnya hanya karena kasihan padaku. Aku juga diyakinkan untuk menjauhi beberapa orang yang tadinya tak terlalu dekat denganku dan katanya mereka jahat padaku. Yah, saat itu aku memang sangat bodoh, tapi kenapa juga harus ada orang seperti itu di dunia?

Pada detik ini dia akan mempublikasikan kata – kata itu ke semua orang, lalu pada deitk yang sama pula dia akan mengatakan padaku bahwa si A atau si B atau si C atau siapapun itu berbuat banyak hal yang jahat padaku. Sesungguhnya apa keuntungan yang dia dapat dari itu semua? Apa? Aku sangat ingin bertanya padanya, tapi bagaimana? Aku terlalu bodoh dan tertutup untuk mengungkap kenyataan.

Saturday 4 April 2009

---

Tak pernah sebelumnya aku merasa kalau diriku ternyata begitu tidak tahu apa – apa. Entah yang mana yang harus disalahkan. Apakah waktu, tempat, atau situasi yang harus disalahkan? Atau malah diri sendiri? Tidak tahu, dan mungkin sampai selamanya tidak akan pernah tahu.

Pernahkah kau merasa bahwa ternyata kenyataan yang selama ini kau yakini benar ternyata malah sesuatu yang salah dan ketidaktahuanmu itu sangat fatal? Kalau kau tak pernah (mungkin saja), aku pernah, baru – baru ini.

Selama 2 tahun aku ketahui suatu kebenaran, kenyataan yang aku yakini, mempercayai apa yang tampaknya sangat tepat untuk dipercaya, dan merasa enggan mendekati sesuau yang tampak merugikanku. 2 tahun, dan sekarang apa yang benar kelihatan berbalik menjadi sesuatu hal yang salah, apa yang salah malah bisa saja menjadi benar. Sesungguhnya dunia ini yang memang terbalik? Atau aku yang berotasi dan berdiri di atas kepalaku tanpa aku sadari?

Aku pernah diberi tahu suatu kenyatan yang merugikanku dan sejak saat itu aku menjauhinya. Lalu aku mempercayai sesuatu hal yang telah membuatku sadar dan percaya akan keberadaan kenyataan itu. Tapi sekarang? Apa? Yang aku percaya kok kelihatannya tidak patut dipercaya?

Aku harus percaya siapa sesungguhnya? Adakah sesuatu hal di dunia ini yang bisa dipercaya?

Sekarang aku makin mengerti kenapa ada orang berkata aku miliki dunia sendiri bagaikan seseorang yang memiliki kepribadian ganda ataupun seseorang yang autis. Aku juga mengerti kenapa orang tua berkata aku ini gila. Kali ini aku tidak akan menyangkal segala itu. Aku tidak akan berteriak dalam hati “AKU TIDAK GILA” ataupun “AKU INI NORMAL, TIDAK ANEH SAMA SEKALI”. Tidak lagi, karena tampaknya aku tidak tahu apa – apa tentang dunia. Jadi mungkin saja mereka semua benar. Aku tidak tahu.

Tapi apakah bisa salahkan aku? Haha, hai, asal tahu saja, tidak bisa begitu saja salahkan aku. Aku gila, aku aneh, aku tertutup, aku tidak bisa dimengerti, kenapa itu semua? Karena masalah datang bertubi – tubi, masalah yang sama. Selalu, aku berteman, aku percaya, aku dikhianati, aku difitnah. Aku rasa, tidak akan ada orang yang hidupnya jauh lebih menyenangkan daripada aku di dunia ini.

Wahai teman – temanku, yang hanya kalian satu – satunya yang bisa aku percaya, jangan bingunglah padaku yang kalian pikir tertutup ini. Tidak usah pula kalian memikirkan caranya agar aku terbuka lagi dan kembali seperti aku yang dulu lagi. Tidak, tidak akan. Dunia ini terlalu menyedihkan untuk aku percayai. Aku hanya akan menjadi tertutup dan dingin untuk selamanya. Indira yang dulu itu, yang selalu tersenyum dan ceria dari hati yang tulus, mungkin haruslah kalian ucapi selamat tinggal, karena yang ada sekarang hanyalah aku yang tertawa kencang dengan hati hampa.