Cinta.
Kata ini takkan pernah asing di telinga
insan manapun di dunia ini.
Di masa sekarang, masa dimana jejaring
sosial berjaya di kalangan manapun, orang-orang bisa secara terang-terangan
mengungkapkan apa yang ada di pikirannya, apa yang dirasakannya saat itu juga.
Seringkali, entah disadari atau tidak, perasaan-perasaan yang diungkapkan itu
malahan seolah mengandung energi-energi negatif. Kata “galau” rasanya
bersemayam dengan sangat wajar di telinga dan mulut masyarakat Indonesia
belakangan ini. Hujatan-hujatan terhadap kaum jomblo seolah telah disulap menjadi guyonan sehari-sehari.
Perlahan-lahan, masyarakat Indonesia yang pada dasarnya berpotensi dalam
hal-hal menyangkut kreativitas semakin mahir dalam hal mengemas kegalauannya ke
dalam kata-kata dan gambar grafis untuk diekspos ke khalayak ramai.
Bukan bermaksud mengecap tindakan
pengeksposan perasaan galau merupakan tindakan yang salah, bukan. Tetapi sadar
atau tidak, masyarakat di zaman ini perlahan menjadi sangat mudah “galau”,
sangat mudah dirampas kebahagiaannya. Banyak pihak berlomba-lomba untuk
mengakui bahwa dirinya “kurang kasih sayang”, “kurang diperhatikan”,
“kekurangan cinta”. Tapi bukankah cinta itu sesungguhnya sederhana?
Kita telah melewati
beberapa bulan awal tahun 2015. Tentunya, serangkaian hari raya di awal tahun,
baik Tahun Baru, Imlek, maupun Valentine, telah kita jadikan momentum untuk
mengekspresikan cinta dan kasih sayang kita terhadap orang-orang di sekeliling
kita. Namun, jangan sampai lupa bahwa hari raya tersebut hanyalah simbolik
belaka. Cinta sesungguhnya bisa kita ekspresikan kapan saja, di mana saja,
kepada siapa saja. Cinta bisa bermacam-macam, cinta kepada keluarga,
teman-teman, guru, bahkan cinta tanah air.
Sekedar menonton TV bersama orangtua di
ruang keluarga merupakan momen penuh cinta. Sekedar tertawa bersama teman-teman
merupakan momen penuh cinta. Sekedar tersenyum pada orang yang baru kita kenal
merupakan momen penuh cinta. Tak perlu mengharapkan kebahagiaan muluk-muluk
yang banyak dijabarkan di sosmed-sosmed. Sebab cinta itu sederhana, sesederhana
cahaya sang surya yang senantiasa menyapamu setiap pagi.
Beijing,
3 April 2015. Didedikasikan kepada Majalah Cabe Rawit untuk Surat Editor Edisi
45.