Tuesday 13 May 2008

Pemanasan Global dan Dampaknya Bagi Anak Bangsa

Istilah “Pemanasan Global” atau “Global Warming” pastinya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita mengingat kondisi bumi kita yang semakin lama semakin memburuk dan “memanas”. Dampak dari pemanasan global ini kian hari kian terasa begitu dekat dengan kita, bahkan mengancam kesehatan kita. Bila kita bandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, saat global warming belum begitu maraknya dibicarakan orang, dunia terasa jauh lebih segar dan udara masih terasa sangat jernih. Masih bisa kita rasakan hawa dingin yang menyambut kita di pagi hari saa hendak memulai aktivitas kita. Langit selalu berwarna biru cerah sepanjang perjalanan ke sekolah, tempat kerja, atau tempat-tempat lainnya yang dituju setiap orang dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Namun apa yang kita rasakan sekarang? Baru bangun pagi saja nafas sudah sesak karena udara yang dihirup tidak bersih. Pada pukul 6.30 pagi saja, kerap kali orang-orang sudah harus mengeluarkan saputangannya untuk menutupi hidungnya dari polusi udara yang luar biasa mematikan.

Saat menulis artikel ini, tiba-tiba saya teringat cerita dari seorang tua yang merupakan nenek dari guru saya saat saya duduk di Sekolah Menengah Pertama. Nenek itu menceritakan bahwa pada saat dia kecil dulu, hidup di Jakarta serasa hidup di perkampungan yang memiliki berbagai macam penghijauan, dimana udaranya sangat segar. Saat musim kemarau, matahri tak terasa begitu membakar dan musim hujan selalu datang tepat waktu. Tak perlu untuk jauh-jauh lari ke Puncak untuk mencari dan menghirup udara segar. Tapi sekarang, bahkan Puncak pun sudah tidak bisa dijadikan tempat pelarian lagi untuk mencari udara segar itu. Semua telah berubah seiring berjalannya waktu dan bertambah parahnya pemanasan global tersebut.
Pemanasan global yang semakin hari semakin menjadi-jadi telah menyebabkan berbagai macam perubahan pada bumi ini seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, perubahan jumlah dan pola presipitasi, es di kutub utara dan kutub selatan yang telah mulai mencair, pergantian musim yang tidak menentu, panas luar biasa pada siang hari seolah matahari hanya berada beberapa meter saja dari atas kepala, dan contoh-contoh perubahan tidak sehat lainnya yang terjadi di bumi kita ini. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Adanya penebangan liar yang mengurangi bahkan hampir menghabisi populasi pepohonan di dunia, penggunaan berbagai perangkat telekomunikasi yang merupakan gelombang elektromagnetik, penggunaan barang-barang elektronik berlebihan, penggunaan kendaraan bermotor berasap tebal yang dapat merusak lapisan ozon, dan kebiasaan membuang sampah sembarangan menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global di bumi kita ini.
Suatu organisasi di Amerika Serikat memprediksikan berapa lama lagi usia bumi kita apabila kita terus-menerus hidup selayaknya sekarang dan tidak peduli pada apa yang disebut pemanasan global itu. Organisasi itu menyebutkan bahwa dunia kita hanya akan bertahan sampai tahun 2012 melihat kondisi es di kutub utara dan selatan yang telah mulai mencair dan suhunya yang sudah mulai meningkat serta kondisi la[isan ozon yang kian hari semakin terkikis. Diberitakan juga bahwa daratan di bumi telah mengalami penurunan kurang lebih 10 meter yang menyebabkan meningkatnya peluang terjadi musibah banjir hanya karena hujan deras yang berlangsung selama beberapa jam. Bila diteruskan, mungkin usia bumi akan lebih cepat berakhir daripada tahun yang disebutkan di atas.

Lalu apakah pemanasan global yang kelihatannya sebegitu mengerikannya juga mempunyai dampak yang akan dirasakan oleh anak-anak bangsa? Jawabannya, tentu saja ya. Anak-anak pada masa sekarang akan melalui masa yang berbeda dengan masa yang dilalui saat orangtua mereka kecil dulu. Kalau orangtua mereka masih bisa merasakan udara yang bersih dan segar di setiap pagi dan melewati hari dengan pergantian musim yang tetap dan teratur, anak-anak ini akan menghirup udara kotor yang telah tercemar. Setiap hari, yang mereka temukan sepanjang harinya hanyalah matahari yang begitu terik dan membakar. Hal ini akan berpengaruh besar pada kesehatan dan pertumbuhan anak-anak tersebut. Pertumbuhan organ-organ tubuh dan kerja sistem organ mengalami hambatan-hambatan yang menyebabkan tingkat kesehatan si anak cenderung rendah. Ini sudah terbukti dengan melihat kenyataan bahwa tingkat kesehatan anak bangsa kian hari kian menurun. Setiap hari, banyak sekali kita dengar munculnya penyakit-penyakit aneh yang belum pernah ditemukan sebelumnya dan sebagian besar penderitanya adalah anak-anak. Anak-anak pada masa sekarang juga jauh lebih mudah dan cepat terserang penyakit. Semua hal ini sesungguhnya tak lain tak bukan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kian hari kian memburuk akibat pemanasan global.
Para ilmuwan memprediksikan berbagai akibat yang akan membahayakan kesehatan manusia yang disebabkan oleh pemanasan global. Di daerah tropis seperti di Indonesia, penyakit yang diakibatkan oleh nyamuk dan hewan pembawa penyakit akan semakin meluas Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya seperti malaria, demam dengue, demam kuning, dan encephalitis, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Diprediksikan juga, akan meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.

Untuk menangani masalah pemanasan global yang sudah menjadi beban dunia, beberapa negara di dunia telah melakukan langkah-langkah pertama yaitu membuat perjanjian dan kerjasama internasional dalam menangani pemanasan global. Kerjasama Internasional ini meliputi Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, tahun 1992 dimana terdapat 150 negara yang berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat serta Protokol Kyoto, di Jepang, tahun 1997 dimana terdapat 160 negara yang merumuskan persetujuan yang lebih kuat.

Beberapa organisasi kecil juga perlahan-lahan mulai bermunculan dan mengikrarkan organisasinya sebagai suatu badan yang bertujuan untuk menanggulangi masalah pemanasan global yang sangat serius ini. Masyarakat juga hendaknya telah mulai bergerak dalam upaya peduli lingkungan guna menanggulangi masalah pemanasan global. Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan tissue yang akan mengorbankan beribu-ribu pohon ditebang untuk produksi tissue, mengurangi penggunaan saran telekomunikasi secara berlebihan, mengurangi penggunaan barang elektronik berlebihan, menghemat listrik, sebisa mungkin hindari penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilkan asap yang tebal, dan janganlah membuah sampah sembarangan. Semua upaya ini akan sangat berguna bagi kita semua dalam mengurangi dampak pemanasan global yang sangat mengerikan tersebut. Tidak hanya untuk kita, tapi juga untuk kesehatan dan kesejahteraan anak-anak bangsa yang menjadi penerus kita di kemudian hari nanti.