
Thursday, 14 June 2012
Lapangkan Hatimu, Selayaknya Sang Langit

Labels:
Inspiration,
Inspirational,
Inspirational quote,
Life,
Quote,
Strong,
Strong Heart,
Stronger,
Wild Life
Tuesday, 12 June 2012
Kecantikan Sekuntum Bunga di Musim Semi

Labels:
Cherish,
Inspiration,
Inspirational,
Inspirational quote,
Life,
Quote,
Story
Saturday, 9 June 2012

Labels:
Inspiration,
Inspirational,
Inspirational quote,
Quote
Saat Ini
Dalam ajaran agama yang aku anut, terdapat sebutan mengenai “Tiga Kebenaran”, yakni: “Tidak ada yang hilang”, “Semuanya Berubah”, dan “Hukum Sebab – Akibat”. Maksud dari tiga kebenaran ini adalah segala sesuatu di dunia ini selalu berubah, bahkan di detik sekarang ini dimana aku menulis artikel ini, atau detiik dimana seorang pengakses sedang membaca artikel ini, namun dari segala hal yang berubah itu sesungguhnya tak ada satupun yang benar – benar hilang, dan kebenaran itu dapat dijelaskan dengan “Hukum Sebab – Akibat”. Karena ada sesuatu yang menjadi sebab, maka akan ada akibat, yang menyebabkan sesuatu hal berubah, namun tidak hilang.
Ya, tidak ada yang hilang, hanya berubah, selayaknya sebuah persahabatan. Pada detik ini kau miliki sahabat terbaik di sisimu, mungkin saja di detik berikutnya kau akan kehilangan, entah itu dirinya, atau hatinya, atau satu bagian dari dirinya. Takkan ada yang tahu apa yang akan terjadi di detik berikutnya.
Di masa aku masih duduk di bangku SMA, aku pernah miliki seorang sahabat karib, hubunganku dengannya sangatlah baik hingga aku rasa sekedar kata “persahabatan” cukup untuk menggambarkan hubungan kami berdua. Namun secara tiba – tiba dia menjauh, bukan jasmaninya namun hatinya. Aku tak pernah mengerti kenapa. Lalu selang beberapa waktu kemudian dia kembali lagi, kami bersahabat karib kembali seperti dulu. Sampai sekarang aku tidak bisa jelaskan apa yang terjadi di antara kami.
Lalu, di bangku kuliah sekarang, lagi – lagi terjadi hal yang sama, dan lagi – lagi aku tak mampu jelaskan apa yang terjadi. Seorang sahibat karib tiba – tiba menjauh dari sisiku, lalu seringkali, dalam tempo yang tidak beraturan, keluar masuk lingkaran kehidupanku. Takkan ada yang tahu jawaban dari misteri di balik semua ini, dan aku pun tak mencari jawaban itu.
Semua tidak kekal, semua berubah, hanya saja taka da satupun yang hilang. Sangat bodoh sekali bahwa kita menyia – nyiakan waktu kita dalam kesedihan akan hal – hal yang berubah dan pergi meninggalkan kita. Yang kita bisa lakukan, yang paling bijaksana, hanyalah menghargai apa yang ada sekarang, teman – teman yang ada, keluarga, pemandangan di sekeliling kita, segala yang kita lihat dan miliki sekarang. Yang kita harus hargai adalah SAAT INI, karena apa yang benar – benar engkau miliki adalah SAAT INI.
Monday, 4 June 2012
Inspirational quote
Perspektif
Satu hal yang aku tak mengerti dari dunia ini: mengapa kita harus selalu hidup dalam kurungan perspektif kalangan mayoritas?
Ya, manusia itu makhluk sosial. Takkan mungkin seorang manusia bisa hidup di dunia, seorang diri, tanpa mengenal siapapun dan bergantung pada siapapun. Manusia butuh teman, untuk membantunya di saat sulit, menemaninya di saat suka dan duka. Manusia butuh orang - orang lain, baik yang dikenal ataupun tidak dikenal, untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Ya, memang seperti itu adanya. Namun, manusia adalah makhluk yang memiliki alam pikirannya sendiri. Masing - masing manusia miliki satu alam pikiran, dan itu membuatnya memiliki cara pandang sendiri. Setiap manusia berbeda - beda, dan bayangkan dalam kehidupan sosialis kita dimana banyak manusia hidup bersama membentuk suatu kelompok sendiri, akan ada banyak sekali cara pandang yang berbeda - beda dan itu akan menghasilkan perspektif – perspektif, yang sesungguhnya hanya dimiliki kalangan mayoritas, yang membuat manusia hidup seolah – olah di dalam “penjara aturan”.
Kemarin – kemarin dulu, entah kapan tepatnya, aku diberi perspektif bahwa orang yang baru saja putus dengan pacarnya tidak sebaiknya langsung memiliki orang lain yang baru lagi yang mengisi hatinya. Dan aku juga pernah diberi sebuah perspektif bahwa seorang perempuan tidaklah baik kalau menyatakan dengan terang – terangan perasaan yang dimilikinya kepada laki – laki yang disukainya. Aku juga pernah diberikan perspektif bahwa seseorang, apalagi perempuan, yang baru saja putus dari pacarnya langsung mendapatkan yang baru lagi, itu juga sangat tercela.
Aku yang dulu, peduli setan dengan semua perspektif – perspektif itu. Tapi kini, akulah orang yang merasakan hal – hal yang tak boleh dirasakan tersebut, jadi aku bimbang. Kebimbangan ini bukan karena gundah atas pandangan perspektif yang dimiliki kalangan mayoritas itu. Aku gundah justru karena perspektif itu sudah merasuki alam pikiranku cukup dalam, dan kini aku tak berani berperang dengan diriku sendiri. Aku menyukai seseorang, ya, aku menyukainya. Selayaknya aku menyukai mantan kekasihku sebelumnya, aku menyukai orang ini dengan sangat polos sampai pertanyaan sejenis“mengapa kau menyukainya?” seperti ini saja tak mampu ku jawab. Aku rasa cinta memanglah suatu hal yang tak memiliki alasan, maka itu aku yakin aku benar – benar menyukainya. Yang menjadi permasalahan adalah: hatiku tak mengijinkannya.
Sesungguhnya, memang tidak seharusnya aku miliki perasaan ini. Karena ini hanyalah sebuah perasaan suka yang takkan pernah terbalaskan (tentu saja sebenarnya tak pernah juga kuharapkan balasan). Namun karena hatiku terus berperang dengan semua perspektif – perspektif persetan itu, aku jadi gundah, dan sesungguhnya kegundahan ini memperbesar rasa suka itu, yang semestinya biasa – biasa saja.
Hmm, semestinya? Ya, semestinya. Lalu apa sesungguhnya semestinya itu? Lagi – lagi, perspektif.
Beijing, 5 Juni 2012, 12: 58 P.M, Building Three Tsinghua University
New World
Semilir angin mendesah melewati daun telinga
Nengingatkan diri pada masa yang lalu
Pernah ada begitu nyata, suatu kasih asmara yang menggelora
Yang kini, telah buyar, sirna tertelan waktu
Aku membiarkan kisah indah oitu terbawa pergi oleh sang angin
Mungkin sesungguhnya aku membuangnya
aku tak inginkan lagi
Aku kerahkan seluruh keberanian yang ada, untuk membuang segalanya
Tapi tahukah engkau, sayangku, bahwa meninggalkan juga sesuatu yang menyakitkan?
Boleh saja engkau meronta dengan isak tangis di wajahmu,
dan aku menatapi itu dengan tatapan mata yang membeku
Namun sesungguhnya hatiku tersayat
Tuk tinggalkan sesuatu yang pernah indah,
namun sekejap sirna dari hadapan mata
Tak seberapa sesungguhnya, sakit ini,
bila dibandingkan dengan sakit saat engkau tusukan belati ke jiwaku
Aku kini berdiri di bebatuan yang tak kunjung mengistirahatkan diri dari sapuan ombak
Mencoba tegar, dan aku yakin aku mampu bertahan
Karena, pernah ada suatu kisah yang indah,
entah itu nyata ataupun hanya sebuah khayalan
Takkan ada dendam dan benci, sayangku
Karena sesungguhnya memori indah itu sungguh pernah ada
Kini kau dan aku berjalan di dua jalan setapak di sudut dunia yang berbeda
Kau dan aku, ku yakini, akan tegar di dunia yang baru.
Beijing, 1 Juni 2012, 12: 14 P.M, Bulding Six Tsinghua University
Subscribe to:
Posts (Atom)