Tuesday 6 January 2009

Kisah Ananda dan Masa Kini

Bagi para umat Buddha, mungkin nama Ananda sudah tidak asing lagi. Ia adalah salah seorang dari murid Sang Buddha, yang terkenal paling setia karena pengabdiannya selama 25 tahun. Tapi, di balik kesetiaan itu, Ananda selalu mempunyai beban dalam hatinya, yaitu dirinya yang belum mencapai tingkat kesucian Arahat di saat semua murid-murid Sang Buddha telah mencapai tingkat kesucian tersebut.

Beban itu akhirnya membawakan dampak keputusasaan terhadap Ananda. Sampai suatu hari, ia berkata pada dirinya sendiri.

“Sudahlah, takkan pernah kupikirkan lagi. Mungkin karma baik dalam kehidupan ini belum bisa berbuah dan aku belum sepantasnya capai tingkat kesucian agung tersebut.”

Segera setelah itu, ia langsung mencapai tingkat kesucian yang selama ini diidam-idamkan tersebut.

Dari cerita itu, aku bisa memetik suatu pelajaran. Dalam kehidupan, memang banyak sekali hal-hal yang baik yang ingin sekali kita capai. Terkadang dengan adanya keinginan itu, kita menjadi semakin maju sehari demi sehari. Tapi tanpa disadari sesungguhnya keinginan itu kadang menghambat kita mencapai apa yang diharapkan. Seperti Ananda yang terus berusaha melakukan hal-hal baik dan melatih diri, untuk mencapai tingkat kesucian. Memang, itu membuat karma baiknya menumpuk bagaikan gunung Mount Everest, namun terus dan terus, tanpa Ananda sadari, dia telah menumpuk karma buruk juga, dengan terus mengidan-idamkan kesucian yang agung itu. Ketika akhirnya dia tersadari dan melepaskan semua keserakahannya itu, langsunglah ia mencapai apa yang selama ini diharapkan, tanpa rasa serakah berlebihan. Banyak sekali hal di dunia ini, yang apabila semakin kau menginginkannya ia akan terlihat semakin jauh. Sebaliknya, apabila kita terus berusaha tanpa berharap berlabihan, kita akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.

Aku memang telah menghafal hampir semua cerita tentang murid-murid Sang Buddha sejak aku berusia 6 tahun, dan tahu betul mengenai nilai moral yang terdapat di dalamnya. Tapi ternyata aku sangat jarang memasukkan makna itu ke dalam kehidupanku. Kali ini aku ingin berkata kalau aku merasa aku yang telah masuk vihara, sering membantu dalam segala kegiatan vihara semenjak aku berusia sekitar tujuh tahunan, bahkan mungkin akan memliki nilai praktek untuk pelajaran Religiositas yang jauh lebih rendah dari teman-temanku yang tidak seserius aku mempelajari agama. Aku hanya tahu teori, tak tahu praktek. Dari dulu guru agama Buddha di SD dan SMP-ku selalu mengharapkan itu kepada murid-muridnya, namun mungkin aku baru menyadari sekarang. Dengan tersadarkan akan cerita ini, aku mengetahui, takkan ada gunanya berharap. Apapun yang sangat ingin ku lakukan, mungkin memang dengan usaha, tapi aku terlalu serakah mengidamkannya, maka itu semua hanya akan menjadi mimpi yang takkan pernah tewujud.

No comments: