Tuesday 6 January 2009

RM 100 di Queensbay Mall

Ini sangat kocak, semakin lama rasanya aku semakin dituntut untuk menyadari makna ajaran agama untuk kehidupan.

Jumat, 2 Januari 2009, aku yang berada di Pulau Pinang, Malaysia untuk menemani kakakku berobat menemui satu kejadian unik. Aku dan kakakku berjalan-jalan di Queensbay Mall. Makan malam kami lalui di Old Town Café. Selesai makan, kami berdua berjalan ke tempat kasir dan hendak membayar. Aku yang membantu kakak yang sedang kesibukan menelepon sambil mengeluarkan uang sedikitpun tak menyadari ada benda apapun di lantai, yang bisa aku pastikan, aku benar-benar melihat ke lantai di bawahku, tak ada apa-apa. Tak lama setelah selesai membayar, kami berdua yang hendak beranjak dari sana, melihat ada selembar RM 100 atau sekitar Rp 300.000,- yang terlipat dengan rapi.

“Itu punya siapa? Punyakukah?” tanya kakak.

“Tak tahu, atau mungkin punyaku? Itu pas di bawah kita.” Jawabku.

Lalu itu langsung kami ambil, dan ada perasaan di dalam hatiku, aku langsung membayangkan gong hitam di vihara tempat aku menghabiskan waktu setiap minggu, yang dulunya berfungsi untuk pindapatta (meminta sedekah), tepat setelah itu kakaku berkata.

“Tak apa-apalah kalau memang bukan uang kita, ambil saja dulu. Nanti kita danakan ke vihara saja. Oh, iya, kita belum ke Kwan Im Teng (Vihara Avalokitesvara yang pernah mau dibom saat penjajahan Jepang namun setelah dibom vihara itu baik-baik saja, tidak hancur sedikitpun). Kalau ke Pinang, harus ke sana. Wah, sepertinya uang ini memang datang untuk mengingatkan kita.

Kami akan pergi lusa, karena keesokan harinya kami akan pergi ke Hatyai, Thailand. Namun justru di tempat itulah, aku diajarkan betapa terbuktinya sebuah hukum Karma. Kakakku hendak membeli kaos seharga 260 Baht. Namun tanpa sadar, karena tidak terbiasa dengan uang Thailand, kakakku malah memberinya 2060 Baht. Lalu kami langsung meninggalkan took itu, berjalan sudha hampir lumayan jauh.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki yang mengejar kami, dan ada suar yang mengatakan, “Hey, uangnya terlalu banyak!”. Wah, kalau bukan kami terlalu beruntung, kami tidak akan begitu pas bertemu dengan penjual yang jujur dan mengembalikan uang kami. Tapi aku tahu, keberuntungan itu tidak akan datang begitu saja. Itu adalah sebuah Karma baik yang sedang berbuah. Mungkin karena kami berkeinginan mendanakan uang itu.

Dengan mendanakan uang sebesar RM 100, aku telah merasakan dua kali kaeberuntungan., Saat hendak pulang dengan pesawat Air Asia yang hanya menampung 15 kg baggage per orang itu, koper kami berdua telah sangat-sangat berat dan lebih dari nominal yang ditentukan. Lalu ada seorang pria yang berjalan kea rah kami dan berkata bahwa dia tidak mau memasukkan barangnya ke dalam baggage dan akhirnya memberikan bagian baggagenya ke kami. Sungguh benar-benar tangguh hukum karma itu! ^-^

No comments: