Saturday 20 September 2008

Permen Karet

Hari ini si penggemar binatang kuning ke-20 bercerita-cerita padaku. Aku tidak menyangka kalau ternyata di dunia ini, bisa ada beberapa orang yang mengalami hal yang persis sama. Setelah Pendosa Ke-15, ternyata masih ada lagi yang mempunyai kasus sama denganku. Namun, agak berbeda konteksnya.

Katanya, dia punya teman dekat, yang sudah tiga tahun bersahabat dengannya. Tapi sejujurnya, dia lelah dengan persahabatan mereka. Karena sesungguhnya banyak sekali orang yang tampaknya berusaha memecah-belah persahabatan mereka. Lalu mereka itu sama-sama pendiam dan tertutup, sehingga kalau diantara mereka ada yang tidak mengenakan, pasti dua-duanya hanya diam, seperti perang dingin. Aku merasa cerita itu hampir sama dengan yang terjadi padaku dan sahabat karibku itu. Bedanya, dia masih dekat dengan sahabatnya itu. Tapi kalau aku dan sahabatku, tampaknya tidak demikian.

Aku menceritakan banyak hal padanya. Lebih tepatnya, tentang aku dan sahabatku. Lalu dia bertanya padaku,

“Sebenarnya tidak apa-apa atau ada apa-apa kalau aku dekat denganmu? Memang kita sudah kenal sejak dulu, tapi kan kita baru dekat sekarang, apa tidak apa-apa sama sahabatmu itu?”

Aku bingung menjawabnya. Lalu aku yang biasanya tertutup mulai mengatakan yang sebenarnya.

“Ya tidak apa-apa. Kalau mau aku katakan yang sebenarnya, sahabatku itu dulu yang menjaga jarak dariku, baru kau dekat denganku.”

Hanya kata “Oh” awalnya yang diucapkannya. Tapi tidak berapa lama setelah itu dia katakan lagi.

“Kenapa ya bisa begitu. Pantas saja, si penggemar binatang kuning ke-17 pernah bertanya padaku, mengapa kau dan sahabat karibmu itu sudah tidak dekat lagi.”

Bukan hanya si ke-17 yang bertanya begitu. Sesungguhnya banyak. Yang paling sering makanya bisa aku ingat (berhubung ingatanku sangat-sangat buruk), adalah si penggemar ke-6. Bahkan pertanyaannya lebih ekstrim lagi. “Kenapa sahabatmu itu menjauhimu sekarang?” dan satu pertanyaan lagi yang terlontar ketika aku menghampirinya, yaitu “Merasa dicuekin?”. Haha, aku tidak tahu harus menjawab apa. Hanya saja, aku tidak mau ada yang berpikiran buruk baik tentang aku, maupun tentang sahabatku.

Kemudian aku ceritakan pada si penggemar ke-20 itu, tentang sifat dan karakter sahabatku. Mungkin saja dia itu kalau punya teman baru agak kesulitan untuk nyambung lagi sama teman lama. Jadi ya begitulah. Itu juga bisa dibuktikan kalau kita tinjau masa lalunya. Apalagi dia tipe orang yang mudah terpengaruh. Yah, beginilah jadinya.

“Andaikan aku bukan seorang manusia, tapi hanya seekor lalat, pasti tidak akan mengenal hal-hal seperti ini.”

Begitulah kata-kata yang terlontar dari mulut si penggemar ke-20. Haha, ia, betul juga kalau dipikir-pikir.

Lalu dalam hati, aku menyimpukan sesuatu. Terkadang persahabatan itu bisa saja seperti permen karet. Ketika masih baru, sangat digemari dan tidak mau dijauhi. Tapi setelah rasa manis permen karet itu telah hilang, mulailah dijauhi dan pelan-pelan dibuang. Sahabat karibku itu mungkin memiliki sifat yang agak seperti itu, menganggap persahabatn seperti permen karet. Tapi itu sedikitpun tidak bisa kusalahkan bagiku. Karena mencari teman sejati, seperti yang tengah dilakukan sahabatku itu, adalah hal yang menjadi hak semua orang.

Berikut ini adalah lagu yang belakangan ini aku nyanyikan untuk sahabatku itu.

THE CALL – Regina Spektor

It started out as a feeling which then grow into a hope
Which then turn into a quite thought
Which then turn into a quite word
And then the word grow louder and louder till there was a battle cry
I’ll come back when you call me
No need to say goodbye

Just because everything’s changing doesn’t mean it’s never been this way before
All you can do is try to know who your friends are as you head off to the war
Pick a star on the dark horizon and follow the light
You’ll come back when it’s over
No need to say goodbye

Now we’re back to the beginning
It’s just a feeling and no one knows yet
But just because they can’t feel it too doesn’t mean that you have to forget
Let your memories go stronger and stronger till they before your eyes
You’ll come back when they call you
No need to say goodbye

No comments: