Friday 26 September 2008

September

Sampai kapan begini terus? Kegagalan terus-menerus datang, seolah susul menyusul hendak memberitahuku, bahwa seharusnya aku mundur saja. Aku tidak mengerti mengapa begini. Apakah memang asas “Orang kaya tetap kaya, miskin tetap miskin” harus berlaku pada orang kecil seperti aku yang ingin menunjukkan kelebihannya yang selama ini tak mau diketahui semua orang? Ini tidak adil.

Aku adalah siswa SMA Santa Ursula yang bernilai standard pada tahun pertamaku disana dan masuk jurusan IPA dengan nilai pas-pasan. Lalu di tahun kedua aku berhasil memenuhi permintaan sekolah, yaitu mencapai nilai 75 untuk 4 mata pelajaran ilmu dewa. Namun aku gagal memenuhinya pada semester kedua.

Aku bertekad membayar hutangku ini di tahun ketigaku. Namun semuanya kembali berjalan tidak lancar, tidak seperti yang aku inginkan. Nilai-nilai mulai hancur, belum sampai waktu dimana rapor mid semester saja, jumlah remedialku sudah mencapai belasan. Nilai-nilai itu bukan harus diremediasi karena nilai 73 atau 74, melainkan karena score yang terlalu jauh dari standard kompetensi. Lalu puncaknya : September.

Aku jamin seratus persen, bulan ini bukanlah bulan keberuntunganku. Malah lebih menjurus ke bulan kesialanku. Di sinilah puncak dimana nilai-nilaiku hancur lebur. Lalu puncak dimana aku menyadari bahwa sahabatku mulai menjaga jarak dariku. Bulan ini juga bulan dimana aku kehilangan salah satu teman yang pernah menjadi teman berbagiku dulu, yang meninggalkan semua orang yang dicintai dan mencintainya di dunia ini, semoga menuju ke dalam ketenangan abadi. Lalu kemudian aku juga harus dihadapi dalam suatu masalah yang seharusnya tidak bermasalah : Retret atau Ujian.

Aku harusnya hadir dalam ujian Associated Broad Royal School Of Music (ABRSM) Violin Grade 3, 18 Oktober nanti. Tapi ternyata jadwal retretku yang seharusnya tanggal 22-25, dirubah menjadi 16-19. Miss. Airin dari Elly Lim Music Studio, lembaga yang mendaftarkanku untuk ujian itu, berkata “Jadwalnya sudah ditentukan dari pihak Inggris. Tidak bisa diganggu gugat.” Kata-kata serupa diucapkan pula oleh Sr. Moekti K Gondosasmito, kepala sekolahku, “Kamu ini non-katolik, retret hanya satu gelombang, jadwal retretmu juga tidak bisa diganggu gugat.”

Astaga! Kalian semua mau membuat aku gila! Yang benar saja! Kakakku yang sangat dingin dan mati ekspresi itu bisa marah-marah kalau tahu aku tidak bisa datang ke ujian seharga 1 juta itu. Aku yakin dia tidak akan biayai pendidikanku sepeserpun lagi setelah ini, padahal aku tidak akan sanggup untuk sekolah atau apapun itu lagi kalau bukan karena sokongan dari kakakku. Tapi peraturan sekolahku sangat-sangat strict sampai-sampai aku hanya boleh memikirkan masa SMA tanpa bisa dengan lancar mempersiapkan untuk kuliahku yang sangat membutuhkan ijazah itu.

Satu hal lagi yang membuat aku sangat kesal. Pada hari ini, rasanya ingin aku marah-marah dan tidak bisa mengendalikan emosi. Kamis, 25 September 2008, aku harus mempresentasikan tentang Indonesia bersama teman-teman kelompokku pada pelajaran kewarganegaraan. Lalu aku juga harus mengikuti dua ulangan remediasi yaitu biologi dan kimia. Di hari itu juga, aku harus datang ke Vista Education untuk mempelajari lebih lanjut mengenai University College Sedaya International, yang seharusnya menjadi tempat tujuanku setelah lulus SMA nanti. Tapi semuanya tidak lancar.

Presentasi Indonesia, yang memaksaku untuk menyalakan internetku sampai 3 jam, lalu menunggu datangnya data-data yang dikirimkan dari teman-teman kelompokku. Aku tidak hanya bertugas menggabungkan data-data dari mereka, seperti yang mereka pikirkan. Data yang masuk padaku masih harus aku olah. Dengan bodohnya, ada data yang aku kira itu sudah selesai, namun sesungguhnya masih harus diolah. Jadilah sebuah presentasi yang hancur di tanganku, dan terasa menyebalkan ketika jerih payahku sampai jam 3 pagi dan menelantarkan dua remedialku itu, masih banyak kesalahan. Presentasi kami ternyata mengandung banyak data penuh kesalahan. Aku sudah sempat kalap, merasa bersalah dan ingin menyalahkan orang yang sepertinya tidak mneghargai pengorbananku bercampur jadi satu. Aku tidak katakana apa-apa, sama sekali, karena tidak ada gunanya. Karena aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan tentangku. Aku juga tidak mau tahu.

Remedial biologi. Awalnya lancar. Namun perlahan tapi pasti mulai bermunculan soal-soal yang sampai maksudnya pun aku tidak mnegerti. Aku yakin, tidak akan mungkin remedial itu membantuku mencapai nilai kompeten.

Aku tidak mau yang ketiga ini hancur. Tapi lagi-lagi terjadi hal yang sama. Di kala tiga teman yang bersama denganku mengikuti remedial berkata “Aku bisa”, aku berkata “Aku bisa tapi jawabanku sama sekali tidak sama dengan mereka”. Seperti yang telah disebutkan terdahulu, aku tidak mendapatkan hasil yang sama dengan mereka.

“Sudah, aku mau pulang, aku lelah.”

Itu yang aku pikirkan. Tapi aku harus pergi ke Vista Education. Lalu dengan pikiran mulai membaik, aku pergi.

Ternyata ini saja bisa membuatku mencapai puncak emosi. Aku diberitahukan kalau syarat yang sekarang tengah aku incar saat ini hanya bisa membawaku ke jurusan Contemporary Music, dan bukan Classical Music seperti yang aku inginkan. Kalau aku memang inginkan jurusan Classical Music itu, aku harus memiliki syarat yang 3 kali lebih sulit dari sekarang. Astaga! Benar-benar mau buat aku gila! Kalau dari awal kau katakana aku akan bergerak lebih cepat dari sekarang. Sekarang baru diberitahu, aku sudah banyak membuang banyak waktu yang berharga hany akarena salah informasi itu!!!

Aku tidak tahan lagi. Aku marah. Sangat marah. Meskipun marah itu, marah terpendam. Aku tidak katakan pada siapapun. Tapi aku benar-benar marah. Sampai aku temukan lagi hal yang tidak lancar seperti sekarang, aku mungkin benar-benar akan marah. Bukan marah terpendam lagi, melainkan marah yang meledakkan dunia.

Di bawah ini, sebuah lagu yang menyatakan kejatuhan yang haruskan dibangkitkan lagi dari kegagalan.

Ying Xiong – Chris Yu

Qi pao, yue guo
Dai shang de chi bang
Bu xiang fei nuo
Cheng gong cha jian er guo

Meng xiang, cheng nuo
Na pa sai bu guo
Bu cheng mi huo
Fang xiang xin ling zhang wo

Fang qi, wo bu hui shuo
Mu guang yong yuan shan suo
Shi bai de ying xiong bu duo
Chao yue shi bu xiu de xuan zhi

Yan lei han shui wo bu hui shuo
Mu guang, dou zai kan zhi wo
Shi bai de ying xiong bu duo
Zhong dian shi yong heng xuan zhi
Rong yi shi meng de yan si

INDONESIAN TRANSLATION
Mulai berlari, terus berlari
Dengan sayap yang menyandang luka
Tidak ingin terbang
Kesuksesan bagaikan anak panah yang melintas

Mimpi dan tekad dalam diri
Membuat tiada segala ketakutan akan kegagalan
Tidak pernah tertipu
Mengarah pada hati nurani dan mulai berpegangan

Menyerah, takkan pernah kukatakan
Pandangan mata selamanya bagaikan bintang yang berkelap-kelip
Pahlawan yang gagal tidak banyak
Menjadi luar biasa adalah suatu hal yang abadi

Air mata dan keringat yang mengalir takkan pernah kukatakan
Pandangan mata itu semuanya mengarah padaku
Pahlawan yang gagal tidak banyak
Hal terpenting adalah pilihan terbaik
Kebanggaan adalah warna dari sebuah mimpi

No comments: