Saturday 20 September 2008

Tertahan Sesaat

Aku berdiri di bagian belakang kelas sendirian ke sana, dan melakukan sesuatu sendirian di sana. Namun di dekat situ ada si anggota penggemar binatang kuning ketiga. Aku lihat dia juga sendirian. Begitu banyak hal, selayaknya seorang teman dekat, yang ingin aku ceritakan padanya. Aku mulai mencari topic pembicaraan. Lalu setelah otakku berputar selama beberapa detik, aku menyapanya. Lalu aku ajak dia bicara, mulai ceritakan apa yang ingin aku bicarakan. Belum sampai bagian tengah cerita dia dipanggil oleh sahabat barunya. Karena aku tidak enak padanya, aku katakan saja, “kalau mau duluan, gak apa-apa koq..” Kemudian tanpa menjawab apapun dia pergi.

Beberapa jam setelah itu, aku menemukan momen yang pas lagi untuk bercerita. Aku ingin tahu, apa dia benar-benar setidak-berperasaan begitu sampai-sampai tidak ada kata “peduli” dalam kamusnya. Aku lanjutkan apa yang tadi tertahan. Dia mendengarkan baik-baik. Tapi setelah itu, bagai angin lalu yang tak pernah berhembus, ceritaku terlewakan begitu saja tanpa respon.

“Keterlaluan”

Dalam hatiku ada suara seperti itu. Untunglah malaikat dalam benakku masih hidup dan terbangun dari tidurnya tepat pada waktunya.

“Tidak, tidak, kau tidak boleh berpikiran seperti itu. Kau harus mgerti dia, memaklumi sifatnya. Kan kau sendiri yang katakan kalau tak ada seorang pun di dunia ini yang bisa merubah karakter orang lain.”

Ya, ya, benar juga. Bagaimana mungkin aku bisa berpikiran seperti itu tentang dia. Hahaha. Aku tertawa dalam hati. Untuk saat ini, aku tidak pikirkan apapun lagi. Kalau dulu aku berpikir pasti ada yang mempengaruhi dia sampai berubah seperti ini. Tapi sekarang tidak lagi. Untuk apa menyalahkan seseorang yang ingin mencari teman sejati dalam hatinya.

No comments: